Tumbuh Di Tengah Jalan: Kau Tak Akan Diinjak.
ㅤㅤMengulangi hal yang sama berkali-kali mungkin membuat kita merasa bosan. Namun tak sepenuhnya merasa ingin dapatkan pengganti dengan maksud memperbaiki suasana hati ataupun situasi. Karena seperti cerita yang lalu, begitu menyenangkan saat kita ditemukan. Mawar sebenarnya tidak masalah jika harus hidup di bawah loteng asalkan Pranatha ada sebagai lampu penerang... sebab Mawar takut gelap.
Dan bagaimana jika Mawar terbangun di tengah jalan yang hanya tumbuh sebagai bunga berkelopak mekar seorang diri? Di bawah awan siang hari. Mungkin Mawar bisa saja merasa keren karena menjadi satu-satunya yang hidup, tapi, hidup sendiri itu tidak enak. Rasanya Mawar ingin tumbuh di pinggir jalan saja bersama rumput juga daun bayam liar. Bila nanti kehujanan pun kepanasan Mawar tak perlu khawatir sebab merasakan itu semua bersama-sama.
Seperti yang dilakukan kami di pagi hari ini. Senin cerah setelah kemarin kita sudah pergi ke suatu tempat. Tempat yang sangat Mawar suka, lebih-lebih perginya bersama Kak Pranatha. Setelah bersenang-senang kemarin, mulai sekarang Mawar akan siapkan tenaga terlebih pada kakinya, karena berlarian dengan gelak tawa bersama itu sangat menyenangkan rupanya. Lalu saat perut merasa lapar kita bisa mampir tuk isi energi dengan semangkok bubur ayam. Dengan kaldu yang sengaja dicicipi terlebih dahulu dengan mata terpejam. Lalu berbincang apapun yang membuat suasana hati tenang.
"Kenapa harus ada daun bawang di atas bubur ayam?" Mawar menatap buburnya sejenak.
"Mungkin pelengkap." Pranatha menjawab dengan satu suapan setelahnya. Mengaduk bubur dimangkuknya untuk sekian kali.
"Aku kurang suka."
"Kamu bisa singkirin kalau ga mau di makan, Mawar."
"Kamu mau?"
"Aku udah ada."
"Ah, iya, bahkan sudah tercampur rata."
Mawar tersadar bahwa mereka memiliki perbedaan. Katanya untuk menjadi sempurna kita harus saling melengkapi, jadi apakah Pranatha mau melengkapi kekurangannya? Kalau Mawar tentu saja mau melengkapi dirinya. Mawar mau menjadi bunga yang rela kepanasan sebab terpancar sinarnya. [Lebay]
Mawar merasa seperti terjatuh sangat dalam, sampai tak sadar jika Pranatha sudah selesai dengan makanannya sedang Mawar baru saja menyantapnya sekali. Melihat itu Mawar merasa senang karena kali ini Pranatha menghabiskan makanannya, sebab yang Mawar tahu bagi Pranatha bubur satu mangkuk itu kebanyakan. Bahkan seringkali Mawar mengambil setengah bagian milik Pranatha.
"Kamu kenapa?"
Mawar tersadar, "Hah... engga apa-apa."
"Lain kali kita ganti tempat sarapan, ya?"
Mawar merasa tidak enak hati seketika, jika Pranatha merasa kalau Mawar kurang suka dengan buburnya maka itu tidak benar. Karena Mawar hanya merasa sedikit tidak enak badan. Tetapi gadis itu enggan memberitahu saja.
"Nanti sehabis kelas, kamu mau langsung pulang atau ikut aku dulu?"
"Kakak mau kemana?"
"Ke tempat teman. Mau ikut?"
Mawar tentu saja mau ikut. Dibandingkan pulang lebih cepat justru Mawar akan sengaja memilih pulang telat.
"Aku gamau pulang." Tatapan Mawar penuh sarat dan Pranatha tahu apa yang gadis itu maksud.
"Okee, nanti ikut aku dulu ya. Terus... aku nanti antar kamunya sampai depan rumah boleh?"
Cukup lama untuk Pranatha mendengar jawaban dari Mawar. Dirinya pikir sudah saatnya ia tak membiarkan Mawar menutupi masalahnya sendiri. Ia mau Mawar tak merasa sendiri.
"Boleh," cicitnya.
Kini Pranatha sedikit lega sebab pijakannya melangkah satu kali lebih jauh, serta satu kali lebih dekat untuk beri Mawar rasa hangat. Meski di dalam benaknya ada banyak pertanyaan perihal kenapa dan mengapa, namun ia tahan karena paham, Mawar pasti akan menceritakannya sendiri lebih dulu nanti. Untuk sekarang nyaman adalah hal yang penting untuknya dan Mawar. Mereka akan pastikan tidak diinjak hanya karena lupa saling jaga sebab jarak yang beda. Maka masing-masing jari mereka kan selalu sigap mengisi ruang tuk jalan bersama.
"Sudah selesai?"
"Sudahh."
Lantas merekapun beranjak karena jam hampir menunjukkan pukul 8. Jangan sampai mereka terlambat. Hingga bersiap dengan Mawar yang menepuk pundak Pranatha dengan sigap. "LETSGOOOO." Lantangnya suara merekah hingga percikan tawa tergunggah.
Komentar
Posting Komentar